Diposkan pada Pengalaman Menyebalkan

Terjebak di Lift

Ini sebenarnya kejadian dua tahun yang lalu. Saat itu almarhumah ibuku dirawat di salah satu rumah sakit di Solo. Ibuku dirawat di HCU yang terletak di lantai 3.

Aku ingat saat itu tanggal 26 Desember 2019. Ingat banget, soalnya beberapa jam kemudian terjadi gerhana matahari sebagian yang sudah aku tunggu-tunggu.

Pagi itu aku berniat turun untuk membeli beberapa keperluan di toko mini di lantai dasar. Karena malas pakai tangga, aku menuju ke lift. Iyalah… lantai 3 gitu loh… Kan capek kalau bolak-balik naik turun pakai tangga!

Beberapa orang keluar dari lift. Aku langsung masuk begitu orang terakhir keluar. Begitu aku masuk, pintu langsung terbanting menutup. Untung aku sudah di dalam, aku nggak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau aku masih di ambang pintu. Nutupnya keras banget sampai bunyi DUARR dan habis itu terpental. Jadi kalau aku lihat dari dalam, pintu itu menutup keras dari kanan ke kiri, seperti terbanting, dan sempat ‘terpental’ ke kanan lagi sekitar seperempatnya, kemudian menutup sempurna.

Aku pencet tombol ke lantai 1. Kenapa pintu lift nggak mau nutup ya? Jadi di setiap lift kan pintunya dobel. Pintu bangunan dan pintu lift itu sendiri. Kedua pintu itu diset sedemikian rupa sehingga membuka dan menutup secara serentak. Nah ini pintu bangunan tertutup, tapi pintu lift tetap terbuka. Yang aku ceritakan di atas tentang pintu yang terbanting, itu pintu bangunannya. Lift juga tidak mau berjalan. Aneh banget… Semua tombol angka bisa menyala, tapi tombol lonceng mati.

Rasanya cukup lama aku menunggu, sampai akhirnya terdengar beberapa orang di depan pintu lift.

Samar-samar aku dengar, “Lift-nya macet!” Kemudian orang bertanya, “Ada orang di dalam?”

“Ya, saya…” jawabku.

“Berapa orang?” tanyanya.

“Hanya saya sendiri,” jawabku lagi.

“Mbak coba tekan tombol bergambar lonceng,” kata seseorang.

“Sudah saya tekan sejak tadi, tapi tombolnya mati,” jawabku.

Lama banget rasanya, tidak ada yang datang untuk menolong. Mungkin karena alarm-nya mati, maka petugas tidak bisa dihubungi secara otomatis.

Suara ramai di luar berkurang, tapi aku merasa masih ada orang yang di luar.

Akhirnya aku bilang, “Masih ada orang di luar?”

“Ya masih…” jawab seorang perempuan.

“Bisakah saya minta tolong untuk dilaporkan ke perawat jaga agar mereka menyampaikan ke satpam?”

“Baik mbak… Tunggu sebentar ya…” kata seseorang.

Tak lama kemudian…

“Mbak tenang saja di dalam ya… satpamnya sudah dihubungi,” orang di luar mencoba menenangkanku.

Wah… padahal aku terlihat sangat tenang waktu itu. Aku tau bahwa aku nggak boleh panik. Kalau panik aku bakalan menghirup oksigen lebih banyak. Sebisa mungkin oksigennya harus kuhemat kan? Aku nggak tau sampai kapan aku harus berada dalam lift ini. Aku nggak tau kapan lift-nya akan diperbaiki dan kemudian bisa berfungsi kembali.

Di dalam hati, sesungguhnya aku takut sekali… Bagaimana kalau satpamnya nggak bisa membuka? Bagaimana kalau perlu teknisi sementara teknisinya nggak ada? Bagaimana kalau lift-nya anjlok? Dan bagaimana kalau bagaimana kalau yang lain.

Jadi sebenarnya aku terlihat tenang karena logikaku lebih menang pada saat itu. Kurang lebih penampakanku saat itu seperti di gambar yang aku sertakan ini. Tenang banget kan?

Aku sebenarnya punya sedikit gangguan kecemasan. Nggak parah sampai membutuhkan bantuan profesional siiih… Hanya sedikiiiit… Ada banyak kecemasan-kecemasan yang aku alami yang menurut orang lain itu tidak perlu dicemaskan. Dan ini sangat-sangat menghambat perjalanan hidupku.

Tapi entah kenapa, dalam keadaan tertentu dimana semua orang ‘harus’ cemas, kecemasanku justru hilang. Seperti ketika aku dan temanku tengah malam mendarat di bandara Ercan di Cyprus dan agen wisata yang berjanji untuk menjemput ternyata tidak kunjung datang, di saat temanku mulai panik, aku malah berhasil menenangkannya dan kemudian bersama-sama memikirkan langkah yang harus kami ambil. Bayangin, 2 cewek tengah malam di dunia antah berantah!

Aneh kan ya… Aku merasa dalam keadaan  mendesak ada yang lain yang menguasai ragaku untuk menyelamatkanku. Kebanyakan baca cerita mistis… 😂

Oh ya, pengalaman yang di Cyprus itu bisa dibaca di https://ninasjourney.travel.blog/2010/04/20/kapiran-di-negeri-orang

Balik ke lift yang macet…

Lamaaa kemudian, akhirnya pak Satpam datang.

Terdengar suara, “Lift-nya macet Pak… Ada satu orang di dalam…” Seseorang yang di luar ternyata masih setia berada di sana hingga memastikan aku keluar. (Aku berterima masih sekali padanya, semoga dia selalu dalam lindungan Allah SWT dan mendapatkan banyak berkah).

Karena pak Satpam tidak membawa kunci, kemudian dia pergi lagi.

Lamaaaa…

Aku mulai agak kuatir dengan jumlah oksigen di bilik lift. Aku coba geser-geser pintunya sekuat tenaga. Berhasil! Pintu bisa bergeser sekitar 3 cm, memberi celah bagi udara luar untuk masuk. Sedikit lebih segar sekarang. Aku mendekatkan hidungku pada celah itu agar bisa bernafas lebih lega.

Aku melihat sekeliling. Ingin sekali aku memotret kondisi di dalam lift dimana aku terjebak itu, tapi hatiku melarangnya. Suasananya terlalu seram untuk dipotret. Aku juga takut habis mengambil gambar malah lift-nya tambah kenapa-kenapa. Anjlok, misalnya… Makanya aku menahan diri untuk tidak mengambil gambar.

Akhirnya pak Satpam datang lagi bersama temannya dengan peralatan yang dibutuhkan. Ternyata masih perlu banyak waktu itu. Kupikir cuma tinggal ceklek seperti orang membuka pintu yang terkunci. Nampaknya memang terjadi kerusakan, kortsluiting atau apa gitu, mengingat tadi pintu bangunan sempat terbanting dan alarm tidak bisa menyala.

Seseorang di luar menenangkanku lagi… “Tunggu ya mbak… Tenang saja. Ini sedang diupayakan…”

Dan setelah lamaaa menunggu, akhirnya pintu lift berhasil terbuka. Aku segera lari keluar.

Seorang ibu yang dari tadi setia menemaniku dari luar, bertanya padaku, “Gimana mbak, rasanya? Deg-degan?”

Ya jelas deg-degan no… Tapi untungnya aku pendiam, sehingga meski terjebak dalam lift seorang diri aku tetap diam saja, nggak teriak-teriak, nggak mukul-mukul, nggak nangis-nangis. Meski setelah kejadian itu aku memilih untuk naik turun tangga saja dan bahkan menyarankan pada semua kerabat yang terlibat dalam proses menunggui ibuku untuk menghindari lift itu. Cari lift lain saja.

Sampai sekarang, aku masih deg-degan bila masuk dalam lift. Lift di manapun itu. Aku selalu memanjatkan doa-doa saat berada di dalam lift.

Oh ya, gambar yang aku pakai aku ambil dari link ini. Di link ini juga ada Dos and Don’ts saat kita terjebak dalam lift:
https://www.liftconsultants.co.uk/5-dos-donts-stuck-in-a-lift/

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar