Diposkan pada Resensi

Enid Blyton vs Roald Dahl

Dua orang ini memiliki banyak kesamaan. Sama-sama penulis buku anak-anak yang sangat terkenal, sama-sama berasal dadi Inggris, dan sama-sama dibesarkan di satu jaman. Enid Blyton lebih tua 19 tahun dari Roald Dahl.

Tapi mereka memilik banyaaaaak perbedaan. Aku cerita tentang Enid Blyton dulu ya… Abis itu baru Roald Dahl.

Lanjutkan membaca “Enid Blyton vs Roald Dahl”
Diposkan pada Resensi

Life is Like a Box of Chocolates

Terus terang aku seringkali heran dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa sampai terpikir untuk menulis atau bikin sesuatu yang aneh. Itu tentu pikiranku saat sudah tersadar penuh… 😁 Seperti saat aku nulis promo coklatku ini. Kok bisa ya kepikiran menghubungkan dengan Forrest Gump?

Aneh kan aku ini… Masak mengherani kelakuan sendiri. 😂 Sudahlah… Nikmati aja resensi film ini. Iya, sebenarnya ada resensi singkat di sini untuk film Forrest Gump.

Lanjutkan membaca “Life is Like a Box of Chocolates”
Diposkan pada Gifted, Resensi

Sybil

[09.10.2018]

Masih banyak pemikiran yang keliru mengenai anak gifted, dan bisa jadi pemikiran-pemikiran ini bertolak belakang. Yang pertama, pemikiran yang mengira anak gifted bedanya dengan anak kebanyakan “hanya” pada kecerdasannya saja. Anak-anak ini “hanya” dikaruniai kecerdasan yang lebih saja dibandingkan anak lain. Tanpa penyulit-penyulit dan risiko-risiko yang menempel. Kelompok ini akan berpikir bahwa anak gifted nggak perlu “diurusi”. Cukup digelundungkan saja pasti bisa survive.

Pemikiran yang kedua kebalikannya. Anak gifted itu seperti anak autis. Bahkan ada yang mengira bahwa gifted itu penghalusan dari kata autis. Memang ada tipe anak gifted yang terlihat seperti autis. Tapi beda lah gifted dengan autis. Beda banget…

Lanjutkan membaca “Sybil”

Diposkan pada Gifted, Resensi

GIFTED (The Movie)

[21.06.2017]

Aku nggak akan bilang ini review atau sinopsis dari film Gifted. Nope. Ini hanya… yeah… sekedar pikiran-pikiran liar yang berkecamuk selepas nonton film itu.

Kalau ada yang tanya, “Bagus nggak filmnya?” Jawabannya: bagus. “Recommended nggak?” Recommended.

Meski ada rasa sedikit kecewa karena tidak seperti yang diharapkan. Terus terang, aku berharap dengan menonton film ini masyarakat akan semakin tercerahkan mengenai giftedness atau kecerdasan istimewa. Tidak… Ini bukan film edukasi macam itu. Ini murni komersil. Inti ceritanya sebenarnya tentang perebutan hak asuh dengan latar belakang seorang anak yang gifted. Hampir sama seperti film lawas Kramer vs Kramer (1979) yang juga berkutat soal perebutan hak asuh anak, hanya saja film itu dilatarbelakangi ketidaksetaraan gender.

Lanjutkan membaca “GIFTED (The Movie)”

Diposkan pada Resensi

Angin Musim Semi Harukaze

[08.11.2016]

Kalau membaca buku ini, tentu nggak menyangka kalau isinya ditulis oleh seorang anak perempuan berusia 13 tahun.

Sebenarnya isinya berkaitan dengan pengalamannya selama beberapa tahun tinggal dan bersekolah di Jepang, dari usia 6,5 hingga 10 tahun. Tentang cultural shock, tentang pertemanan yang dia jalin selama di sana, tentang semangat ganbatte… Tapi di buku ini dirinya dia representasikan dalam diri anak lain yang lebih besar darinya: Ayana, yang tinggal di Jepang pada usia 10-12 tahun.

Lanjutkan membaca “Angin Musim Semi Harukaze”

Diposkan pada Gifted, Resensi

Totto-chan

[06.05.2015]

Ada yang tingkahnya melebihi Amas. Jauuuuh melebihi…
Nama panggilannya Totto-chan. Dan kupikir dia juga gifted, meskipun tidak terjelaskan secara eksplisit. Rasa ingin taunya besar sekali, juga ‘petakilan’ alias nggak bisa diam, sampai-sampai dikeluarkan dari sekolah pada saat kelas 1 SD. Beruntung dia kemudian diterima di Tomoe Gakuen.

Totto-chan sendiri yang menulis buku ini, yang bercerita pengalaman-pengalamannya selama bersekolah di sana. Tentu dengan nama aslinya: Tetsuko Kuroyanagi. Hanya dua buku yang pernah ditulisnya, dan kedua-duanya menjadi best seller. Buku ‘Gadis Cilik di Jendela’ bahkan menjadi acuan resmi sekolah-sekolah di Jepang dalam mendidik murid-muridnya.

Lanjutkan membaca “Totto-chan”

Diposkan pada Musik, Resensi

The Phantom of the Opera

[12.02.2012]

Kemarin, “THE PHANTOM OF THE OPERA” merayakan penampilan mereka yang ke-10.000 di teater musikal Broadway. Ini adalah salah satu opera yang sangat aku sukai. Karya Andrew Lloyd Weber, yang diadaptasi dari novel Perancis karya Gaston Leroux.

“The Phantom of the Opera” ini beberapa kali di-film-kan. Yang aku suka adalah versi yang dibintangi oleh Gery Butler dan Emmy Rossum, yang dirilis pada tahun 2004.

Sayangnya alur ceritanya sedikit berbeda dari novelnya. Dalam novel, diceritakan bahwa muka Erik rusak karena kecelakaan saat membangun gedung opera itu, namun di film ini muka Erik rusak karena siksaan. Di novel, sang “phantom” digambarkan sebagai si Buruk Rupa. Di film ini ‘phantom’-nya sexy! 😱 Alur cerita di film membuatku merasa bahwa sesungguhnya Erik itu tidak terlalu jahat. Semuanya reasonable. Aku jatuh hati padanya. Nggak pernah sebelumnya aku jatuh hati pada tokoh antagonis!

Lanjutkan membaca “The Phantom of the Opera”