Diposkan pada Horor

Kembaran Buaya Putih

[24.12.2020]

Ini kisah sekitar 31 tahun yang lalu. Saat itu aku masih SMA kelas 1.

Semalamnya aku males banget belajar. Jadi aku nggak tau pasti materi pelajaran hari itu. Tibalah pada jam pelajaran Bahasa Indonesia.

Dan seperti biasa pak Guru main tunjuk-tunjuk ke murid-muridnya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan di buku paket. Aku deg-degan banget… Aku tau kalau model deg-degannya kayak gitu aku pasti yang diminta maju ke depan. Sudah hafal akunya…

Benar saja, dia memanggil namaku!

Aku pun maju. Berdiri di samping mejanya, menghadap ke teman-teman sekelas.

Ternyata aku diminta untuk bercerita kisah mistis. Blaik! Aku kan nggak suka nonton film-film horor Indonesia.. Aku cerita apa ya? Dan tiba-tiba aku merutuki diriku sendiri, kenapa semalam nggak buka-buka buku Bahasa Indonesia. Kalau sempet buka kan aku bisa nyiapin…

Rasanya lumayan lama aku berdiri di sampingnya. Sambil berpikir keras apa yang bisa kuceritain.

Dan…. ting 💡!!! Tiba-tiba aku teringat cerita ibuku. Langsung saja aku ceritakan di depan kelas. Kurang lebih begini… (Terus terang aku lupa bagaimana tepatnya kata-katanya 🤭)

“Ibu saya dari suku Melayu. Beliau tinggal di Riau Lautan (sekarang dikenal sebagai Kepulauan Riau -red). Tapi kejadian ini terjadi jauh sebelum ibu saya lahir. Ini kejadian pada saat adik dari Tukwan saya lahir. (Tukwan: singkatan dari Datuk Wanita. Ini panggilan kesayangan kami untuk Nenek). Paman ibu saya ini lahir hampir bersamaan dengan kembarannya. Dari rahim yang sama. Tapi kembarannya tidak berwujud manusia, melainkan seekor buaya putih. Konon bila ada sesuatu yang mencelakai buaya putih itu, maka kembarannya yang berujud manusia juga akan ikut celaka.

Bayi buaya putih itu kemudian dimasukkan ke dalam toples. Sayangnya terjadi kecelakaan kecil saat memasukkan bayi buaya itu ke toples. Moncong buaya itu sedikit terluka. Boleh percaya boleh tidak, pada saat yang bersamaan di sekitar mulut paman ibu saya juga terluka.

Buaya itu kemudian dibawa ke sungai dan dilarung. Tentu disertai dengan doa agar buaya itu selalu sehat dan selamat, karena keadaan buaya itu akan berdampak pada paman ibu saya.”

Hwaaah… Untunglah di detik-detik terakhir aku teringat kisah yang pernah diceritakan ibuku. Ibuku hanya pernah cerita ini sekali. Sambil lalu… dan itu terjadi lamaaaaa sebelum aku bercerita di kelas. Yang jelas aku senang sekali bisa bercerita hal yang berbeda dari yang biasa didengar teman-teman.

Kemudian pak Guru memberikan beberapa pertanyaan. Kalau nggak salah gini:

🧔: Di daerah mana kejadiannya?

👩: Di sekitar Tanjung Pinang, Pak…
(Aku sebenarnya nggak tau pasti dimana paman ibuku lahir. Tapi masa kecil ibuku sempat berpindah-pindah. Beberapa daerah yang sering diceritakan ibuku adalah Midai, Tarempa, Tanjung Pinang. Ibuku paling lama tinggal di Tanjung Pinang. Eh tapi selain Melayu leluhur ibuku memiliki campuran darah Bugis juga ding… Pencampuran itu terjadi beberapa ratus tahun sebelumnya. Tambah luas deh daerah yang bisa dicurigai sebagai tempat kejadian).

🧔: Apakah hal itu benar-benar terjadi?

👩: Konon itu dialami sendiri oleh paman ibu saya Pak…

(Rada nyolot ya… 😂 Meneketehe itu beneran terjadi atau nggak… Aku kan cuma cerita doang… Kan disuruh cerita to… Ngapain pakai ditanya-tanya… Lagipula itu cuma cerita hasil kulakan dari ibuku, yang sepertinya bercerita sambil lalu saja… Ibuku bukan model orang yang mempercayai hal-hal seperti itu. Aku juga sulit sekali membayangkan itu terjadi beneran…)

🧔: Eh… saya cuma baca pertanyaan dari buku ini… Kekekek…
(Tampaknya beliau ngerasa kalau aku rada nyolot… 😂)

Dan yeah… itu nyebelin sekali! Aku berharap waktu kembali mundur sehingga aku bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk bercerita. Juga mempersiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku itu.

Sayang nggak mungkin ya…

Catatan:
Aku coba nggugel untuk tau bagaimana sebenarnya duduk persoalan kisah ini. Ini yang kutemukan: dalam legenda masyarakat Bugis, semua manusia memiliki kembaran buaya. Tapi buaya di sini tidak benar-benar berwujud nyata yang keluar dari rahim yang sama. Ada versi yang menyebutkan manusia yang kemudian berubah menjadi buaya, ada juga yang menyatakan bahwa manusia itu sebenarnya memiliki 7 kembaran dimana salah satunya adalah kembaran dari roh leluhur buaya. Dsb… Tapi cerita tentang buaya yang keluar dari rahim manusia seperti yang diceritakan di atas belum kutemukan. Apalagi bahwa buayanya itu adalah buaya putih…

Yang jelas, ada satu hal yang aku yakini… Memang benar ada buaya berwujud manusia di dunia nyata tempat aku beraktivitas dan beredar. Aku pernah bertemu dengan beberapa di antaranya. Aku bisa melihatnya.
.
.
.
.
.
Ya… mereka adalah buaya darat! 😂

[HDK]

Referensi:
https://sulsel.idntimes.com/life/education/amp/ahmad-hidayat-alsair/mitos-bugis-orang-punya-kembaran-buaya-benarkah

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar