Diposkan pada Jalan-jalan, Luar Negeri, Malaysia .

Mengenang Masa Lalu di Batu Ferringhi, Penang

[18.01.2019]

Sedih sekali rasanya hari ini.

Entah mengapa tetiba aku pengen ‘jalan-jalan’ kembali ke Penang. Melalui Google Earth! šŸ˜‚ Aku pengen melacak jejak masa lalu di sana.

Dan sampailah aku ke Batu Ferringhi. Aku pencet orang-orangan di map untuk menyalakan street view. Yang kutuju adalah penginapanku kala itu. Dan aku mendapatkan kejutan… šŸ˜£

Hwaaaa… šŸ˜­ Kemanakah perginya penginapan kesayangan ku?

Saat di sana, aku menginap di Lazyboys Travelodge. Unik sekali ya namanya… Anak-anak lelaki yang malas! šŸ˜‚

Tentu aku memilihnya dengan penuh pertimbangan. Pertimbangan pertama: murah, kedua: ratingnya sangat bagus, ketiga: review tetamu, dan keempat: dekat dengan lokasi dimana aku beracara. Dan Lazyboys memenuhi semuanya.

Tempatnya strategis sekali. Penginapan itu terletak nyaris di ujung gang dekat jalan raya. Begitu keluar gang, hanya tinggal menyeberang jalan itu kita sudah sampai di Night Market. Ada beragam kios yang menjual beragam oleh-oleh di sini. Kalau kita jalan lurus saja setelah menyeberang jalan, menembus Night Market itu, sampailah kita di pantai. Indah sekali pantainya!

Cinderamata hasil berburu di Night Market

Dekat situ juga ada banyak warung penjual makanan. Cukup dengan jalan kaki saja!

Bagaimana untuk ke tempatku beracara? Dekat juga. Jaraknya hanya sekitar 350 meter. Jalan kaki nggak ada 5 menit juga sampai!

Dan bagaimana Lazyboys itu sendiri? Wow… Tempatnya cozy. Ada beberapa piagam dari TripAdvisor terpampang di temboknya. Beberapa kali memang Lazyboys mendapatkan penghargaan dari TripAdvisor. Kalau nggak salah kategori “Friendly Environtment”.

Aku mendapat kamar dengan kamar mandi dalam. Harganya cuma RM265 saat itu (September 2014). Aslinya itu untuk 2 orang, tapi temanku membatalkan kepergiannya pada detik-detik terakhir.

Penginapan itu nampaknya dimiliki oleh 2 orang kakak beradik. Mereka ramah sekali, terutama si Abang. Dia suka mengajak ngobrol tamu-tamunya. Dia juga suka memasak. Aku bahkan ditawari untuk mencicipi masakannya. šŸ˜€ Saat kutanya namanya, dia tidak mau menjawab. Tapi seorang teman sesama pelancong, mengatakan bahwa kita bisa memanggil dia “Captain America”! šŸ˜‚ Kalau mengintip facebook-nya, nampaknya dia yang bernama Lan/lan. Populer sekali dia, banyak dibicarakan oleh tetamu yang juga berkunjung di facebook penginapan itu.

Si Captain America ini memang teman mengobrol yang menyenangkan. Banyak hal yang dibicarakannya. Nampaknya orangnya cerdas. Dia suka baca macam-macam hal di internet. Denganku, dia cerita tentang asal-usul suku bangsa. Bahwa sesungguhnya suku Melayu itu adalah induk dari suku-suku lainnya. Ceritanya bahkan sampai pada empty DNA (atau MT DNA? Mitochondria DNA? Entahlah). Kami mengobrol dalam bahasa Inggris, diselingi sedikit bahasa Melayu. Tapi dia bilang pendidikannya tidak tinggi. Dia hanya suka membaca saja. Dan dia juga bercerita, waktu kecil dia nakaaaal sekali, sampai orangtuanya kewalahan. šŸ˜‚

Si Captain America ini juga nyeni orangnya. Ada studio musik di penginapan itu. Kalau mau, tamu boleh nge-jam di situ bersamanya. Terus terang, ini alasan utama aku pilih penginapan ini. Hihihi… Aku sudah banyak baca review tentang ini.

screenshot_2019-01-18-12-54-36-561
Studionya asik kaaaan…

Dan diapun mengeluarkan gitar-gitarnya. Untukku satu, untuknya sendiri satu. Kenalanku dari Philippine menyanyi. Aku aslinya nggak bisa mengiringi lagu pop (bahkan nggak hafal kunci-kunci šŸ˜‚) tapi si Captain dengan sabar mengajari aku.

Me and the Captain!

Oh ya, ada cerita tidak mengenakkan di Batu Ferringhi ini. Sini kan daerah pantai, tentu terkenal dengan seafood-nya. Aku suka seafood, sayangnya aku punya alergi terutama untuk udang-udangan yang besar dan juga kepiting. Tapi foto-foto di internet beneran membuatku ngiler. Jadi aku menyiapkan diri untuk ini. Aku bawa norit (dan tentu berbagai obat PPPK lainnya). Di suatu malam, aku jalan dan memutuskan untuk makan di salah satu warung seafood. Aku pun memilih menu kerang. Selama ini aku oke-oke saja kalau makan kerang. Di tengah-tengah menikmati makanan, aku merasa bibirku makin tebal. Juga daerah sekitar bawah mata rasanya makin tebal juga. Kebas. Hwaaaa… Aku tidak membawa obat apapun dalam dompetku. Aku masih mencoba bertahan, terus memakan makananku. Sayang kan ya kalau ditinggal begitu saja. Tapi bibirku kok rasanya makin tebal ya? Juga pening perlahan mendera. Segera saja kusudahi acara makanku, dan aku berlari ke penginapan. Ambil norit beberapa butir, minum, dan tidur.

Paginya, bengkak-bengkak sudah kempes. Pening? Sudah lupa tuh… šŸ’ƒ

Mau tau bagaimana kesanku tentang Batu Ferringhi?

Selain pemandangan alam dan pantainya yang indah, Batu Ferringhi itu unik sekali. Meskipun ada banyak hotel di sekitarnya, tapi suasana masa lalu masih tetap terasa. Seperti ada pemisahan yang tegas antara modern dan tradisional!

photogrid_1547818438130
Gambar ini diambil dari satu titik di dekat-dekat penginapan. Satunya menghadap ke barat laut, satunya sebaliknya, timur laut. Kalian bisa lihat beberapa hotel nun jauh di sana? Hotel-hotel modern! Sementara suasana jalan tetap terasa seperti masa lalu.
Suasana di halte bus. Itu aku lagi nunggu bus yang akan mengantarkanku ke bandara.

Oh ya, perjalanan dengan bus dari bandara ke penginapan atau sebaliknya perlu waktu sekitar 1,5 jam. Meskipun Google bilang bisa lebih cepat dari itu.

screenshot_2019-01-18-12-19-53-566

Saat mau meninggalkan Batu Ferringhi, sempat terbersit keinginan: di suatu hari nanti aku ingin ke sana lagi bersama keluarga dan menginap di Lazyboys Travelodge. Seiring dengan berubahnya Lazyboys Travelodge menjadi puing, keinginan itu pun berubah pula menjadi puing. šŸ˜¢

#traveling_nina

Sumber gambar: dokumen pribadi, booking.com, street view Google Earth, Google Map.

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar