Diposkan pada Cerita Merapi, Sains

Ketika Merapi Meletus Freatik

[02.06.2018]

Mau cerita pengalaman kemarin. Lebih enak cerita sekarang saat rasa di hati sudah tenang.

Kemarin sejak pagi aku mbungkus-mbungkusi coklat. Dandananku lumayan aneh. Kepalaku kututup handuk khusus keramas agar rambut nggak jatuh-jatuh, dan hidung-mulut kututup masker. Karena tinggal packing barang yang mau kukirim, sarung tangan plastik aku lepas.

Sekitar pukul 08.20, tiba-tiba terdengar suara menderum.

“Mobil siapa nih yang suaranya gede banget?” tanyaku dalam hati.

Tapi suara mobil itu tidak segera berlalu. Tidak seperti mobil yang hanya lewat saja. Malah makin lama malah makin gede.

“Gempa!” teriakku. Meskipun aku tidak merasakan goncangan yang nyata. Ada getaran, tapi lemah. Ingatan langsung kembali ke gempa 2006 lalu. Suaranya mirip seperti itu.

“Bapak, gempa!” teriakku.

Aku ke kamar membangunkan Ade.

“Ade bangun, gempa!” kataku.

Akupun keluar dengan dandanan anehku. Saat aku keluar, tetangga-tetangga pada lari keluar juga. Tidak sejak tadi. Mungkin sama seperti ku, tadinya mengira suara itu suara derum mobil. Semua penghuni kompleks sudah di jalan kini. Dan aku bisa melihat berbagai ekspresi. Beberapa terlihat agak tenang, beberapa terlihat panik, beberapa sangat panik. Tampak sekali ada bekas trauma gempa 2006 yang lalu.

Aku merasa aneh. Suara derum semakin keras, rasanya lebih keras daripada gempa 2006 itu. Belum pernah kudengar suara derum sekeras itu. Tapi rumah kok nggak berguncang? Masih kebayang guncangan yang hebat saat dulu itu. Aneh… Dan aku nggak bisa berpikir lebih lanjut tentang keanehan itu.

Akhirnya deruman berhenti, setelah aku pikir nggak akan berhenti. Rasanya lamaaaa sekali.

Si Bapak langsung berkata, “Kalau modelnya kayak gini, pasti Merapi ini…” Rupanya kesadarannya sudah kembali. Oh ya, dari keanehan-keanehan yang kurasakan tadi, masuk akal sekali kalau itu karena Merapi. Kenapa nggak kepikir sejak tadi ya?

Dan ternyata Merapi memang meletus. Freatik*.

Kami masuk rumah kembali dengan dada masih deg-degan. Aku kepikiran Amas, yang saat itu sedang di sekolah untuk upacara. Aku kabarkan tentang gempa dan deruman tadi ke grup ortu kelas. Sebagian besar ortu tinggal di kota. Mereka tidak merasakan atau mendengar apapun. Jadi hanya yang tinggal di sekitar Merapi saja yang bisa mendengar atau merasakan itu.

Setelah itu, mengalir berbagai foto letusan dari berbagai WAG. Beberapa diantaranya sangat indah.

Foto ini yang paling berkesan untukku. Diambil dari pesawat. “Itu pasti Garuda!” kata Ade. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana rasanya saat sedang menikmati indahnya gunung dari pesawat, tau-tau gunungnya meletus. Tepat di depan mata. Pasti ada rasa takjub, excited, takut, yang ngumpul jadi satu.

Aku mendapatkan foto ini dari WA dari sumber yang tidak jelas. Namun setelah mengadakan ‘pelacakan’ dengan bantuan banyak teman, nampaknya pemilik IG ini yang pertama kali menyebarkannya: https://www.instagram.com/hey_luce_/

[HDK]

•••

*Berikut ini cerita tentang letusan freatik:

Letusan freatik dipicu oleh adanya kontak air tanah dengan yang mengakibatkan perbedaan temperatur yang mencolok. Pemanasan oleh magma segar mengubah air menjadi uap panas bertekanan tinggi. Uap ini kemudian mendesak lapisan yang sudah memadat di atasnya. Lapisan ini terbentuk sebagai sisa dari letusan sebelumnya, yang sudah membeku karena pendinginan. Desakan kuat ini mengakibatkan letusan baru, yang disertai dengan suara gemuruh hingga keluarnya asap tebal.

Letusan freatik kemunculannya tidak diawali dengan tanda-tanda jelas. Bahkan aktivitas getarannya pun relatif lemah sehingga sulit terbaca oleh seismograf.

Dilihat dari potensi kerusakannya, letusan freatik memiliki radius bahaya yang relatif pendek. Volume semburan material padat terbilang kecil, dan hanya terjadi jika gunung tersebut memiliki banyak timbunan material dari sisa letusan sebelumnya.

https://www.idntimes.com/science/discovery/dian-septi-arthasalina-1/fakta-letusan-freati-c1c2/full

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar