Diposkan pada Resensi

Angin Musim Semi Harukaze

[08.11.2016]

Kalau membaca buku ini, tentu nggak menyangka kalau isinya ditulis oleh seorang anak perempuan berusia 13 tahun.

Sebenarnya isinya berkaitan dengan pengalamannya selama beberapa tahun tinggal dan bersekolah di Jepang, dari usia 6,5 hingga 10 tahun. Tentang cultural shock, tentang pertemanan yang dia jalin selama di sana, tentang semangat ganbatte… Tapi di buku ini dirinya dia representasikan dalam diri anak lain yang lebih besar darinya: Ayana, yang tinggal di Jepang pada usia 10-12 tahun.

Ditulis dengan polos sehingga terlihat mewakili dunia anak-anak, disertai beberapa pelesetan pepatah yang nampaknya mampir di kepalanya begitu saja, sehingga mengundang senyum. Misalnya, “Dan apa kata pepatah? Diam berarti marah. Eh, seharusnya emas ya?” 😀 Dialog-dialog dengan teman-teman Jepangnya ditulis dalam bahasa aslinya, yang kemudian diberi terjemahan.

Meski ditulis dengan bahasa yang polos, isinya begitu mendalam. Alurnya juga tak tertebak. Seperti saat dia mengikuti lomba lari di hari olah raga, tidak serta merta usahanya yang gigih mempersiapkan lomba itu berbuah kemenangan. Dan dia mengulas hal-hal lain yang didapat di luar kemenangan itu dengan sangat indah.

Ulasannya tentang persahabatan juga sangat mendalam. Di usia segitu, dia tau benar esensi dari sebuah persahabatan! Begitu juga perbedaan terkait bagaimana bersekolah di Indonesia dan di Jepang. Mmm… sungguh menohok!

Kupikir kalau ada CCTV di kamar, akan terlihat bagaimana lucunya ekspresiku selama membaca buku ini. Kadang tersenyum, kadang menangis, kadang tertawa terbahak-bahak. Dan itu hanya disebabkan karena membaca buku yang dibuat oleh anak berusia 13 tahun!

Pengarang: Afichan
Penerbit: Cahya Pustaka
Tebal: 196 halaman
Harga: Rp38.000,00 (belum termasuk ongkos kirim).

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar