Diposkan pada Jalan-jalan, Miscellaneous

Berbuka di Pesawat

[05.07.2016]

Puasa terakhir ya ini…

Waktu berangkat ke KL dua minggu yang lalu, ada “kejadian” yang membuatku sangsi apakah puasaku sah atau tidak.

Jadi begini, kami berangkat dari Jogja pukul 17.15 WIB. Enam belas menit sebelum buka kan…

Aku duduk di samping seorang laki-laki Bangladesh. Dia juga muslim, karena sempat mengambil Aq*a dari tasnya di kabin. “Untuk buka puasa…” katanya dalam bahasa Indonesia.

Setelah pesawat stabil di angkasa, pramugari membagikan kurma satu-satu pada para penumpang. Dia juga menjelaskan, nanti bila sudah tiba saatnya berbuka, petugas akan mengumumkan.

Kami bersabar menunggu saat itu, dengan sebiji kurma siap disantap di meja kecil di depan kami. Pukul 17.31 sudah lewat. Lima menit… Sepuluh menit… Belum terdengar juga pengumuman itu. Orang-orang sudah mulai gelisah.

When the time comes?” tanyaku padanya. Kami memang sudah mengobrol beberapa saat sebelumnya.

You want to use Jogja time or KL time?

In KL, what time we break the fast?

About six thirty…

Menit terus berlalu. Beberapa penumpang semakin gelisah. Sekitar pukul 17.50, sebagian besar penumpang di sekitar aku mulai berbuka. Bahkan juga beberapa penumpang berjilbab.

Look at them… I think it’s the time…” kataku padanya.

Dia ragu-ragu, tapi dia minum juga air mineralnya saat dia melihat aku mencuil kurma yang cuma sebiji itu untuk membatalkan puasa.

Aku sebenarnya pengen makan sebiji kurma itu semuanya… Tapi para crew belum sampai ke kursiku mengantarkan makanan pesanan. Masih di depan. Masih lamaaa…

Aku tahan-tahan memakannya karena aku ingin memotretnya dalam formasi lengkap sebelum bejubelan masuk ke dalam perut. Ealaahhh… nampaknya aku sudah mulai tertular penyakit orang-orang Indonesia itu… 😜😜😜

Akhirnya sampai juga pesanan itu ke kursiku. Kupotret, kemudian kusantap dengan nikmat. Untuk sopannya, tentu saja teman baru itu aku tawari, tapi dia menolak.

fb_img_1547732020304

Suasana di luar masih terang benderang. Setelah aku menyelesaikan makan, temanku itu tertawa.

Look at that… the sun still shines, and we have broken our fast.”

Heran juga… Memang sih kami terbang mengikuti matahari ke arah barat. Sebenarnya nggak barat-barat banget sih, lebih ke barat laut, gitu… Dan berdasarkan perhitungan ‘bodon’-ku, 16 menit setelah take off kami masihlah di Indonesia. Sekitaran Kalimantan gitu… Jadi mestinya jam bukanya ya nggak jauh-jauh dari jam buka versi Jogja.

Jadi aku jawab sekenanya ke dia, dengan grammar yang belepotan pula… “Maybe it just because we are up above the sky. So, we can see the sun from here… I think in the island below this plane the sun already set…

Rasanya lamaaaa kemudian saat aku sudah lama beristirahat dari kekenyangan, baru keluar pengumuman terkait telah tibanya saat berbuka. Masih berpikir positif… Oh… mungkin pilotnya baru sempat mengumumkan… 😀

Lima hari kemudian, saat berkepentingan untuk berbuka di KL sepulang dari Vietnam, aku googling caritau jam berapa tepatnya waktu berbuka di sana. Pukul 19.28 waktu setempat! Baru sadar bahwa yang disebutkan temanku beberapa hari sebelumnya dengan “18.30” adalah dalam WIB.

Jadi?

😂😂😂

° ° °

Di kemudian hari, aku baru tau bahwa waktu berbuka puasa benar-benar ditentukan dari waktu terbenamnya matahari di tempat kita berada. Jadi bukan hanya ditentukan oleh terdengarnya suara adzan maghrib di wilayah kita saja. Maksudku begini… Ketika kita berada di atas menara tinggi dimana dari dasar menara terlihat matahari sudah terbenam, waktu berbuka belum tiba bagi kita yang masih berada di atas menara bila keadaan di atas masih terang benderang. Bahkan meskipun kita bisa mendengar suara adzan maghrib dari masjid di dekat tempat kita berada dengan jelas. (Btw, menara ini bisa dianalogkan dengan gedung tinggi loh… Siapa hayo yang tinggal di gedung tinggi…)

Itu baru menara ya… Apalagi pesawat yang terbangnya jauuuuh lebih tinggi dari tinggi menara. Jadi semisal saat take off maghribnya masih kurang 2 menit, waktu berbuka bagi yang di dalam pesawat bisa lama bermenit-menit kemudian karena di atas kita bisa melihat cakrawala lebih luas sehingga matahari menyapa kita lebih lama. Bahkan bisa terjadi juga sesaat sebelum take off keadaan sudah gelap, sampai di atas sana ternyata kembali terang!

Semoga apa yang pernah aku alami tidak terjadi pada teman-teman semua… Orang bilang, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Bahkan meskipun itu merupakan pengalaman orang lain.

°°°

Referensi:

Kapan Waktu Berbuka Puasa di Pesawat?

https://travel.tempo.co/amp/1339027/di-gedung-ini-waktu-buka-puasa-berbeda-di-setiap-lantai

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar