Diposkan pada Jalan-jalan, Luar Negeri, Northern Cyprus

Dibalik Persiapan ke Famagusta

[18.04.2016]

Ini cerita lama yang kualami tepat 7 tahun yang lalu. April 2009.

Mundur dulu ya… sekitar 1 tahun sebelumnya. Saat itu aku googling, dimana bisa mengikuti konferensi internasional untuk mempresentasikan hasil penelitianku. Mataku tertumbuk pada suatu konferensi yang akan diselenggarakan oleh Eastern Mediterranean University di suatu tempat. Famagusta. Nama itu asing bagiku, tapi kok ‘ngawe-awe’ ya… Melambai-lambai seakan mengundangku untuk bertandang ke sana.

Cek dulu ah, seperti apa kotanya? Indah sekali! Membuatku langsung jatuh cinta. Seberapa jauh? Jauh sekali! Lebih dari 30 jam perjalanan. Kota ini terletak di negara North Cyprus yang memiliki nama lengkap Turkish Republic of Northern Cyprus. Posisinya di dekat Turki dan Yunani, di antara benua Eropa dan Asia. Bagaimana keamanannya?

Wait! Ini memerlukan penyelidikan yang panjang. Mulainya dari mana ya? Sejak Famagusta berdiri saja deh… biar tau bagaimana sejarah keindahannya.

Famagusta (Gazimağuza) adalah kota kuno, yang didirikan sekitar tahun 274 SM oleh raja Mesir Ptolemy II Philadelphus. Awalnya bernama Arsinoe. Kota ini sempat menjadi pelabuhan perdagangan utama pada tahun 1300-an, juga pusat keagamaan. Katedral St Nicholas yang mengesankan itu dibuat pada sekitar masa-masa ini.

Famagusta sempat mengalami masa kelam selama seabad terkait adanya persaingan antara pedagang Genoa dan Venesia yang pecah menjadi pertempuran pada saat penobatan Raja Peter II. Sekitar tahun 1489 orang-orang Venesia memindahkan ibukota mereka dari Nicosia ke Famagusta, dan memulai program pembangunan besar-besaran.

Pada tahun 1570 terjadi pergolakan lagi, terkait dengan kedatangan angkatan laut Utsmani. Meskipun Lala Mustafa Paşa beserta para pejuang lainnya berusaha merebut kembali kota itu, namun setahun kemudian Famagusta dan juga seluruh Cyprus jatuh di bawah kekuasaan Ottoman (Utsmani). Di bawah kekuasaan Ottoman ini Famagusta kehilangan ketenarannya sebagai pusat perdagangan. Dengan berjalannya waktu, Famagusta semakin terbengkalai, sementara penduduk membangun kota Varosha yang subur di dekatnya, menjadi daerah pertanian yang sukses.

Inggris kemudian mengambil alih Famagusta pada awal abad ke-20, dan mengembalikannya menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan yang penting. Pada akhir kekuasaan Inggris tahun 1960, Famagusta menjadi kota pelabuhan kolonial modern yang perkembangannya jauh melebihi Varosha dan sekitarnya.

Famagusta sempat terpuruk oleh peristiwa 1974, pada saat Turki melakukan invasi ke North Cyprus. Beberapa daerah ditutup selama berpuluh-puluh tahun, dan dijaga oleh tentara.

Saat ini, North Cyprus adalah negara merdeka yang diampu oleh Turki. Namun kemerdekaannya tidak diakui oleh PBB, yang hanya mengakui satu negara merdeka di pulau Cyprus: Republic of Cyprus. Meski demikian, negara ini adalah negara yang damai, tanpa pergolakan yang membahayakan pengunjungnya.

Karena tidak diakui oleh PBB, kita tidak perlu mengurus visa untuk masuk ke negara ini, namun kita tetap harus mengurus visa untuk negara yang kita lalui sebelum masuk ke sini: Turki atau Republic of Cyprus. Setelah mengecek daftar penerbangan, nampaknya akan lebih menguntungkan bila aku berangkat melalui Turki. Berarti aku perlu mengurus visa Turki nih…

North Cyprus masih mengalami embargo. Karena itu, keperluan-keperluan di sana masih dipasok oleh Turki. Hal itu menyebabkan harga-harga barang di sana lebih mahal daripada di Turki.

Masih mau ke sana?

Sedikit gamang… Namun foto-foto indah Famagusta di internet benar-benar menggodaku.

Akhirnya aku kirim juga paperku ke sana. Singkat cerita, paperku diterima, dan berangkatlah aku ke kota indah itu pada tanggal 18 April 2009.

Penerbangan cukup lama, 32 jam, termasuk transit di Doha selama 5 jam, dan Istanbul selama 9 jam. Pesawat menuju Cyprus pada sekitar jam setengah tujuh malam dan sampai di sana sekitar jam delapan malam.

Hatiku berdebar-debar… Aku pandangi pulau itu sejak terlihat kerlap-kerlip lampunya dari tempat dudukku. Semakin dekat semakin indah. Aku benar-benar jatuh cinta pada kota itu bahkan sejak pesawat masih di atas. Segera hilang gerundelan dalam hatiku yang berhubungan dengan mahalnya biaya perjalanan ini.

Ini beberapa foto saat di sana. Beberapa lainnya sudah nampang di postingan sebelum ini.

Ooops… fotonya sudah dipindah ke bagian paling atas 😀. Tapi ini caption-nya:

Cocktail party di EMU Beach Club , Eastern Mediterranean University , Famagusta.

.

fb_img_1547509280054

Di belakang hotel tempat menginap. Lautnya tenang bangeeettt… Tapi pasti dingin sekali di musim semi ini .

.

Sebentar… ada keterangan tambahan dari Bobo terbitan 2 bulan yang lalu yang menyatakan bahwa Famagusta ditutup sejak invasi Turki, dan baru dibuka pada tahun 2003. Nampaknya informasi ini sedikit berlebihan. Mungkin yang ditutup hanya daerah-daerah tertentu saja. Setahuku, Eastern Mediterranean University (yang menyelenggarakan konferensi yang aku ikuti) berdiri sejak tahun 1979, yang kemudian dinegerikan pada tahun 1986. Kampus ini berlokasi di kota Famagusta.

Referensi:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Famagusta
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Eastern_Mediterranean_University
Bobo no. 47 th XLIII, 25 Pebruari 2016.

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar