Diposkan pada Jalan-jalan, Jogjakarta, Sains

Melepas Tukik di Pantai Baru

[04.07.2015]

Tulisan saya ini juga dimuat di blog PSGGC Jogja di sini. Jadi jangan heran ya isinya sama persis. Hla wong yang nulis sama… 😀

°°°

Ada kegiatan tambahan bagi anak-anak PSGGC JOGJA dalam liburan kali ini. Pelepasan tukik (anak penyu) di hari Kamis, 2 Juli 2015. Acara ini diselenggarakan oleh kakak-kakak Kelompok Pemuda Peduli Penyu Pandansimo (KP4) bekerja sama dengan KAGAMA Virtual. Berhubung pelepasan dilakukan pada sore hari di bulan Ramadhan, acara dilanjutkan dengan buka bersama.

Jenis penyu yang dilepas adalah penyu lekang atau penyu abu-abu (lepidochelys olivacea). Penyu ini memiliki ciri tubuh berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya, dan merupakan penyu terkecil diantara semua jenis penyu yang ada. Makanannya ubur-ubur laut, kepiting, kerang, dan udang.

Kami sampai di pantai Baru, Pandansimo, Bantul, sekitar pukul empat sore. Acara belum dimulai. Masih ada kesempatan untuk bermain-main sebelumnya.

Saat nunggu acara dimulai, ada yang jumpalitan. Sayang ibunya kurang cepet motretnya. 😀

.

Amas mengangkat-angkat Rayya. Kali ini si Ibu kecepetan mencet tombolnya.

.

Tak ada sekop, sandal pun jadi…

.

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Kegiatan diawali dengan mendengarkan penjelasan mengenai biologi penyu.

Musim bertelur penyu sekitar bulan Mei-Agustus, ditandai dengan angin besar yang tiba-tiba datang dan pergi. Tidak jelas bagaimana hubungan logis antara angin besar dengan karakter seperti itu dengan kelahiran penyu. Tapi mungkin saja penyu mencari momen yang sepi untuk bertelur. Dengan kondisi angin seperti itu, dipikirnya para predator enggan berburu dan manusia malas keluar rumah. Penyu lupa bahwa manusia itu pintar. Melihat kebiasaan setelah angin besar was wes yang selalu diikuti dengan peristiwa penyu bertelur, manusia jadi hafal. Adanya angin dengan karakter seperti itu dijadikan patokan bahwa akan ada penyu yang datang untuk bertelur.

Penyu bertelur di alam bebas, di pantai berpasir. Setelah bertelur, induk penyu langsung kembali ke laut. Karena telur-telur itu rawan dimangsa predator atau diambil manusia, kakak-kakak KP4 memindahkannya ke tempat yang aman.

Tempat penetasan telur. Masih 5 sarang yang belum menetas.

.

Masing-masing sarang (ditandai dengan batu-batu yang disusun melingkar) berisi telur-telur penyu dari satu indukan. Jumlahnya bervariasi, seekor indukan bisa mengeluarkan maksimal 150 telur sekali bertelur. Biasanya yang berhasil menetas di tempat ini sekitar 70%. Namun tetasan kali ini sekitar 87%.

Masa penetasan berkisar antara 45-60 hari. Bentuk telurnya seperti bola pingpong. Kulitnya tidak keras, agak penyok, bila jatuh tidak akan pecah. Kulit itu berangsur berubah menjadi keras, hingga setelah 40 hari menjadi benar-benar keras. Saat hampir menetas akan menjadi lembek lagi, karena kuning telurnya dimakan oleh calon tukik, sehingga ada space udara di dalam cangkang telur.

Telur penyu dalam lubang berpasir

.

Telur penyu

.

Bentuk sarang telur penyu juga berubah. Pada saat telur penyu ditanam, sarang pasirnya akan datar. Semakin lama, sarang itu akan semakin cekung. Saat telur menetas, sarangnya amblas.

Tukik-tukik ini dilepas ke laut saat berumur maksimal 3 hari setelah menetas. Ini dimaksudkan agar mereka bisa segera beradaptasi dengan kondisi alam di lautan sehingga ia bisa bertahan hidup. Semakin lama ditunda, maka adaptasi fisiologinya semakin jelek. Paru-parunya jadi tidak bisa berkembang dengan baik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Berkenalan dengan para tukik yang akan dilepas.

.

Ada yang sangat excited!

.

Sesaat sebelum dilepas, tukik dikenalkan dulu dengan air laut, untuk mempermudah adaptasi.

.

Tukik dibagikan dalam mangkok pada anak-anak yang akan melepaskannya.

.

Mengamati tukik di mangkok.

.

Pelepasan tukik dilakukan pada pukul 5 sore, menjelang matahari tenggelam, menunggu suasana tidak terlalu terang. Hal ini untuk menghindarkan tukik dimakan predator.

Bersiap-siap melepas tukik bersama-sama.

.

Bersedia… siaaap…

.

Yaaaaa!!!

.

Jilatan ombak siap menyambut tukik-tukik ini…

.

Selamat jalan tukik! Sampai jumpa 25 tahun lagi!

.

Setelah dilepas ke laut, penyu kecil ini akan melakukan migrasi hingga ribuan kilometer selama bertahun-tahun. Saat dewasa, penyu memiliki kemampuan menyelam hingga 8 jam berturut-turut. Ketika membutuhkan udara untuk bernapas, penyu akan muncul dipermukaan air untuk menghirup udara (penyu bernapas dengan paru-paru).

Uniknya, seekor penyu hanya mau bertelur di daerah dimana dia menetas. Pada saat akan bertelur, sekitar umur 25 tahun, mereka akan kembali ke tanah kelahirannya tanpa kehilangan arah. Hal ini memang dimungkinkan, karena para penyu ini selalu merekam medan magnet di pantai dimana mereka pertama kali dilepaskan ke laut. Jadi, pelepasan ke laut ini merupakan momen penting bagi tukik.

Tidak semua tukik akan survive hingga menjadi penyu dewasa. Mungkin hanya 1-5% yang akan survive. Bahkan ada yang mengatakan, dari seribu tukik, hanya satu yang akan bertahan hingga dewasa.

Mengapa?

Banyak predator di alam bebas. Tukik atau bahkan penyu, merupakan mangsa lezat bagi hiu, elang, dan binatang-binatang lainnya. Banyak juga tukik atau penyu yang mati karena polusi. Penyu sering mengira plastik yang dibuang di laut adalah ubur-ubur, makanan kesukaannya. Pada beberapa bangkai penyu yang mati, ditemukan plastik di dalam perutnya.

Penyu ini terjaring nelayan di sekitar daerah pandansimo dalam keadaan lemas, beberapa hari sebelum acara pelepasan tukik ini.

.

Banyak yang masih percaya, orang yang memakan daging penyu akan panjang usianya. Kepercayaan ini timbul karena penyu sebenarnya adalah makhluk yang berumur panjang, bisa sampai 200 tahun umurnya. Ini hanya mitos, sebenarnya. Apalagi sekarang ini jarang ada penyu bisa berumur panjang karena laut kita sudah sangat terpolusi. Ditambah lagi ulah orang-orang tak bertanggung jawab yang memburu penyu untuk diperjualbelikan daging dan minyaknya.

Sayang sekali ya, padahal sekarang ini penyu merupakan hewan yang dilindungi karena terancam punah.

Kita bisa lho melakukan sesuatu untuk turut serta melindungi hewan ini. Dengan tidak membuang sampah sembarangan, kita sudah membantu kelestarian penyu ini, karena ini memperkecil kemungkinan penyu untuk memakan sampah plastik dari sungai yang terbawa arus ke laut.

Kita juga bisa mengadopsi tukik dengan harga Rp15.000,00 per ekor. Jangan dibayangkan kita akan bawa pulang tukiknya untuk dipelihara di rumah ya… Kita tetap mengantar pulang tukik-tukik imut ini ke laut. Biaya adopsi digunakan untuk membantu pelestarian penyu. Salah satunya, membantu kakak-kakak KP4 yang harus membeli telur-telur ini dari penemunya. Hal ini dimaksudkan agar telur penyu tidak diperjualbelikan melainkan ditetaskan. [HDK]

°°°

https://kp4ngentakponcosari.wordpress.com

https://www.tumblr.com/search/pandansimo

https://www.watersportbali.co.id/ini-dia-7-penyu-yang-dilindungi-undang-undang/

http://jogja.solopos.com/baca/2014/08/11/pelepasan-tukik-terkendala-harga-adopsi-525516

Penulis:

Seorang perempuan yang sangat biasa-biasa saja yang suka menulis, kalau lagi pengen.

Tinggalkan komentar